BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Berbica mengenai
manajemen proyek, hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya perkembangan yang
cukup pesat dalam dunia industri dan teknologi informasi. Perkembanga yang
cukup pesat ini menyebabkan pihak manajemen harus mampu mengelola sumber daya
yang dimiliki untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi serta mampu
bersaing di pasar. Kemampuan pihak manajemen untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dengan adanya keterbatasan terhadap waktu, biaya dan ruang lingkup
pekerjaan harus didukung oleh pemahaman mengenai manajemen proyek yang baik.
Untuk
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan manajemen proyek, maka ada baiknya kita
mengetahui apa yang dimaksud manajemen dan apa yang dimaksud proyek.
Manajemen
merupakan suatu proses dimana individu-individu sebagai bagian organisasi
melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, serta menjalankan dan
mengendalikan aktivitas-aktivitas produksi. Sedangkan yang dimaksud proyek
adalah suatu usaha yang komplek, dibatasi oleh waktu, anggaran, resource dan
spesifikasi yang telah dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Jadi, manajemen
proyek dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya
organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu
dan sumber daya tertentu pula.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan manajemen proyek ?
2. Begitu
pentingkah manajemen proyek dalam dalam suatu pembangunan perusahaan ?
3. Bagaimana
merencanakan pembangunan proyek ?
4. Bagaimana
menjadwal proyek dengan baik, cepat, dan benar ?
1.3. Tujuan
Pembelajaran
1. Mengetahui
arti dari manajemen proyek
2. Mengetahui
sangatlah penting dalam membangun suatu perusahaan di butuhkan manajemen proyek
3. Dapat
membuat suatu rencana dalam membangun suatu proyek
4. Mampu
membuat jadwal proyek dengan baik, cepat, dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN PROYEK
2.1. Pengertian
Manajemen Proyek
Manajemen
merupakan suatu proses dimana individu-individu sebagai bagian organisasi
melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, serta menjalankan dan
mengendalikan aktivitas-aktivitas produksi. Sedangkan yang dimaksud proyek
adalah suatu usaha yang komplek, dibatasi oleh waktu, anggaran, resource dan
spesifikasi yang telah dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Jadi, manajemen
proyek dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya
organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu
dan sumber daya tertentu pula.
2.2. Pentingnya
Manajemen Proyek
Proyek merupakan
ujung tombak pembangunan. Barangkali, masalah utama yang paling sulit dihadapi
oleh para administrator di negara-negara berkembang dan maju adalah
melaksanakan program-progaram pembangunan. Kebanyakan kesulitan-kesulitan itu
disebabkan karena persiapan proyek yang tidak matang.
Mempersiapkan
proyek bukan hanya sekedar menyangkut aspek perencanaan atau pembangunan saja.
Pengidentifikasian tujuan-tujuan pembangunan, pemilihan-pemilihan daerah
prioritas untuk investasi, perencanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan harga yang
efektif, dan pemobilisasian sumber daya merupakan masalah yang perlu
diperhatikan. Akan tetepi, untuk sebagian besar kegiatan pembangunan serta
persiapan pelaksanaan proyek secara cermat pada tahap awal merupakan cara-cara
terbaik yang dapat dilakukan untuk untuk menjamin terpakainya danakapital
secara ekonomis, efisien dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara
tepat menurut waktu/jadwal. Bila proyek tidak dipersiapkan secara cermat ke
dalam perincian-perincian yang mendasar dan kokoh, maka akan sering terjadi
pengeluaran-pengeluaran yang tidak efisien.
Seringkali
proyek-proyek dibuat dalam porsi ruang-lingkup yang sangat luas tetapi disusun
secara kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat dianalisa sebagai satu
proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dengan dengan
ruang-lingkup yang lebih kecil, kira-kira mendekati ukuran minimun yang layak
dan baik ditinjau secara administrasi, teknis, maupun ekonomi. Sama halnya bila
kita ingin menganalisa pertambahan yang terjadi secara berurutan atau
tahapan-tahapn kegiatan yang berbeda satu sama lain, maka lebih baik membuat
ruang-lingkup proyek yang lebih sempit .
Tiga contoh
perusahaan yang menghadapi fenomena modern, yaitu:
1. Saat
tim manajemen proyek Bechtel memasuki Irak setelah perang
tahun 2003, tim tersebut harus cepat memobilisasi tenaga internasional yang
terdiri atas pekerja kasar, profesional di bidan konstruksi, juru masak, tenaga
medis, dan tenaga keamanan. Mereka harus mengakses jutaan ton suplai untuk
membangun kembali pelabuhan, jalan raya, sekolah, dan sistem kelistrikan.
2. Saat Microsoft
Corporation memulai pengembanganWindows Vista, program yang
terbesar , terkompleks, dan terkini. Waktu adalah sesuatu yang paling kritis
bagi seorang manajer proyek. Dengan ratusan pemrograman yang mengerjakan jutaan
baris kode dalam pengembangan program berbiaya ratusan juta dolar, begitu besar
resiko pada proyek tersebut untuk dapat diselesaikan tepat waktu.
3. Saat Hard
Rock Cafe mensponsori Rockfest yang didatangi lebih
dari 100.000 penggemar pada konser tahunannya, manajer proyeknya telah memulai
perencanaan sekitar sembilan bulan sebelumnya. Penggunaan paket peranti lunakMS
Project; setiap detail yang jumlahnya ratusan dapat dipantau dan
dikendalikan. Saat sebuah kelompok band tidak dapat mencapai Rockfest dengan
bus karena kemacetan yang luar biasa, manajer proyek Hard Rock siap
dengan cadangan helikopter.
Kompleksitas
proyek yang semakin bertambah dan siklus hidup produk/jasa yang menurun.
Perubahan ini berasal dari kesadaran tentang nilai strategis dari persaingan
berbasis waktu dan keharusan melakukan perbaikan kualitas yang terus-menerus.
Setiap pengembangan produk/jasa baru adalah kejadian yang unik sebuah proyek.
Penjadwalan
proyek adalah tantangan yang sulit bagi manajer operasi. Risiko pada manajemen
proyek sangat tinggi. Kelebihan biaya dan keterlambatan yang tidak diperlukan
terjadi karena penjadwalan dan pengendalian yang buruk.
Manajemen proyek
meliputi tiga fase:
1. Perencanaan.
Fase ini penentuan sasaran, pendefinisian proyek, dan pengorganisasian tim.
Gambar 1.
Perencanaan suatu proyek
2. Penjadwalan.
Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk aktivitas khusus dan
menghubungkan setiap aktivitas satu dengan aktivitas lain.
Gambar 2.
Penjadwalan proyek
3. Pengendalian.
Di sini, perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran.
Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola
kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya.
Gambar 3.
Pengendalian proyek
2.3. Perencanaan
proyek
Perencanaan
merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang sangat penting, yaiti memilih
dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk
mencapai sasaran. Hal ini berarti pertama-tama menentukan sasaran yang hendak
dicapai kemudian mencoba menyusun urutan langkah-langkah kegiatan untuk
mencapainya. Di dalam perusahaan, dibentuklah suatu organisasi proyek untuk
memastikan program yang telah ada tetap berjalan dengan lancar secara harian,
sementara proyek baru dapat berhasil diselesaikan. Seperti halnya perusahaan
konstruksi, organisassi proyek adalah cara efektif untuk menugaskan orang-orang
dan sumber daya fisik yang diperlukan.
Organisasi
proyek akan bekerja baik apabila:
1. Pekerjaan
dapat didefinisikan dengan sasaran tenggang waktu spesifik,
2. Pekerjaan
tersebut unik atau tidak begitu biasa dalam organisasi yang ada,
3. Pekerjaan
mengandung tugas-tugas kompleks dan saling berhubungan yang membutuhkan
keterampilan khusus,
4. proyek
meliputi hampir semua lini organisasi.
a. Manajer
Proyek
Anggota tim
proyek secara sementara ditugaskan pada sebuah proyek dan membuat laporan pada
manajer proyek. Manajer yang memimpin proyek mengkoordinasikan aktivitas dengan
departemen lain dan membuat laporan langsung pada manajemen puncak. Manajer
proyek mendapatkan sorotan dalam perusahaan dan bertanggung jawab memastikan bahwa
(1) seluruh aktivitas yang diperlukan diselesaikan dalam urutan yang tepat dan
waktu yang tepat; (2) proyek selesai sesuai dengan anggaran; (3) proyek
memenuhi sasaran kualitas; (4) orang-orang yang ditugaskan pada proyek
mendapatkan motivasi, arahan, dan informasi yang diperlukan dalam melakukan
pekerjaan mereka.
b. Struktur
Penguraian Kerja (Work Breakdown Structure-WBS)
Tim manajemen
proyek memulai tugasnya dengan baik sebelum pelaksanaan proyek sehingga
perencanaan dapat dikembangkan terlebih dahulu. Salah satu fase awalnya adalah
menetapkan tujuan-tujuan proyek secara cermat, selanjutnya memecah proyek
menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola dengan baik. Struktur penguraian
kerja menetapkan proyek dengan membaginya menjadi subkomponen (atau tugas)
utama, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi komponen yang lebih detail, dan
akhirnya menjadi seperangkat aktivitas dan biaya yang terkait. Pembagian proyek
menjadi tugas yang kecil dan lebih kecil lagi memang sulit, tetapi sangat
penting dalam mengelola proyek serta membuat penjadwalan yang berhasil. Jumlah
bruto kebutuhan akan orang, suplai, dan peralatan juga diperkirakan dalam fase
perencanaan ini.
Struktur
penguraian kerja umumnya menurun dalam ukuran dari atas ke bawah dan dimasukkan
seperti berikut.
Tingkat
1 Proyek
2 Tugas-tugas
utama pada proyek
3 Subtugas-subtugas
pada tugas utama
4 Aktivitas
(atau “paket kerja”) yang harus diselesaikan
2.4. Penjadwalan
Proyek
Penjadwalan
proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk seluruh aktivitas proyek.
Pada fase ini, manajer memutuskan lamanya setiap aktivitas memerlukan waktu dan
menghitung banyaknya orang dan bahan yang diperlukan pada setiap fase produksi.
Manajer juga membuat diagram penjadwalan terpisah untuk kebutuhan personel
berdasarkan jenis keterampilan ( misalnya: manajemen, keteknikan, atau
penuangan beton).
Suatu pendekatan
penjadwalan proyek yang poopuler adalahdiagram Gantt. Diagram
Gantt adalah cara berbiaya rendah yang membantu para manajer
memastikan bahwa (1) semua aktivitas telah direncanakan, (2) urutan kinerjanya
telah diperhitungkan, (3) perkiraan waktu aktivitas telah tercatat, dan (4)
keseluruhan waktu proyek telah dibuat.
Dalam proyek-proyek
sederhana, diagram penjadwalan seperti ini dapat digunakan sendiri. Diagram ini
memungkinkan para manajer mengamati kemajuan setiap aktivitas untuk mengetahui
dan menangani luas daerah permasalahan. Akan tetapi, diagram gantt tidak
memadai untuk mengilustrasikan hubungan antara aktivitas dan sumber daya.
PERT (Program
Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method) adalah
dua teknik jaringan yang digunakan secara luas, kemampuan mempertimbangkan
hubungan dan ketergantungan dari seluruh aktivitas. Dalam proyek yang kompleks,
di mana penjadwalan hampir selalu terkomputerisasi, PERT dan CPMmemiliki
keunggulan dibandingkan diagram gantt yang lebih sederhana.
Pendekatan apa
pun yang dilakukan manajer proyek, penjadwalan proyek membantu dalam bidang
berikut.
1. Menunjukkan
hubungan setiap aktivitas dengan aktivitas lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek.
2. Mengidentifikasi
hubungan yang harus didahulukan di antara aktivitas.
3. Menunjukkan
perkiraan biaya dan waktu yang realistis untu setiap aktivitas.
4. Membantu
penggunaan orang, uang, dan sumber daya bahan dengan mengidentifikasi
bottleneck kritis (hal-hal yang mungkin menghambat suatu proyek).
2.5. Pengendalian
Proyek
Pengendalian proyek-proyek
besar, sebagaimana pengendalian sistem manajemen apa pun, melibatakan
pengawasan ketat pada sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran agar kegiatan
proyek menuju ke arah sasaran yang telah ditentukan. Pengendalian mempunyai
arti yang penting seperti ditekankan oleh J.A.F. Stoner (1982) sebagai berikut:
“... meskipun
sasaran telah ditetapkan dengan jelas, disertai organisasi dan kepemimpinan
yang kuat dan motivasi yang kuat, namun kecil kemungkinannya untuk berhasil
mencapai sasaran jika tidak disertai pengawasan dan pengendalian yang cukup.”
Program-program
ini menghasilkan laporan yang amat beragam, termasuk (1) perincian penguraian
biaya setiap tugas, (2) kurva pekerja total, (3) tabel distribusi biaya, (4)
biaya fungsional dan ringkasan jam, (5) peramalan bahan mentah dan
pembelanjaan, (6) laporan variasi, (7) laporan analisis waktu, serta (8)
laporan status kerja.
2.6. Diagram
Jaringan dan Pendekatannya
Jaringan PERT
dan CPM memilki dua pendekatan: aktivitas pada titik (activity
on node – AON) dan aktivitas pada panah (activity on arrow –
AOA).
Forward Pass
Aturan waktu
mulai paling awal
Dimulai
aktivitas pada pertama. Sebelum suatu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu
langsungnya harus diselesaikan.
1. Jika
suatu aktivitas hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES-nya sama dengan EF
dari pendahulunya.
2. Jika
suatu aktivitas mempunyai beberapa pendahulu langsungnya, ES-nya adalah nilai
maksimum dari semua EF pendahulunya, yaitu:
ES = Max (EF
semua pendahulu langsung)
Waktu selesai
paling awal (EF) dari suatu aktivitas adalah jumlah dari waktu mulai paling
awal (ES) dan aktivitas itu sendiri, yaitu:
EF = ES + waktu
aktivitas
Backward Pass
Aturan waktu
selesai paling lambat
Dimulai dengan
aktivitas terakhir dari suatu proyek.
1. Jika
suatu aktivitas adalah pendahulu langsung dari hanya satu aktivitas , LF-nya
sama dengan LS dari aktivitas yang secara langsung mengikutinya.
2. Jika
suatu aktivitas adalah pendahulu langsung dari lebih dari satu aktivitas, maka
LF adalah minimum dari seluruh nilai LS dari aktivitas-aktivitas yang secara
langsung mengikutinya, yaitu:
LS = Min (LS
dari seluruh aktivitas yang langsung mengikutinya)
Waktu mulai
paling lambat (LS) dari suatu aktivitas adalah selisih dari waktu selesai
paling lambat (LF) dan waktu aktivitasnya, yaitu:
LS = LF – waktu
aktivitas
2.7. Menghitung
Waktu Longgar dan Mengidentifikasi Jalur Kritis
Disebut dengan Slackatau
waktu bebas yang dimiliki setiap aktivitas menjadi mudah. Slack adlah waktu
luang yang dimiliki sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaanya tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
Slack =
LS – ES atau Slack = LF - EF
Aktivitas dengan
slack = 0 disebut aktivitas kritis dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis
adalah jalur yang tidak terputus melalui jaringan proyek yang:
a. Mulai
pada aktivitas pertama proyek,
b. Berhenti
pada aktivitas terakhir proyek,
c. Hanya
terdiri atas aktivitas-aktivitas kritis.
2.8. Tiga
Perkiraan Waktu pada PERT
Dalam PERT, kita
menggunakan distribusi probabilitas berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk
setiap aktivtas berikut.
a. Waktu
optimistis(a), waktu yang dibutuhkan oleh sebuah aktivitas jika
semua hal
berlangsung sesuai rencana.
b. Waktu
pesimistis(b), waktu yang dibutuhkan oleh sebuah aktivitas
dengan asumsi
kondisi
yang ada sangat tidak diharapkan.
c. Waktu
realistis(m), perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan
sebuah aktivitas
yang paling realistis.
Untuk menentukan
waktu aktivitas yang diperkirakan(t),
t = (a + 4m + b)
/ 6
Untuk menghitung
dispersi atau variansi waktu penyelesaian,
Variansi = [(b -
a) / 6]2
2.9. Probabilitas
Penyelesaian Proyek
Analisa jalur
kritis membantu kita menyelesaikan waktu penyelesaian proyek yang diperkirakan
adalah 16 minggu. Diketahui bahwa terdapat variasi yang penting dalam perkiraan
waktu untuk beberapa aktivitas. Variasi dalam aktivitas yang berada pada jalur
kritis dapat memengaruhi waktu penyelesaian proyek keseluruhan dan memungkinkan
terjadinya penundaan. Maka dari itu, variansi proyek dihitung dengan
menjumlahkan variansi aktivitas-aktivitas kritis.
2p =
Variansi Proyek = ∑ (Variansi aktivitas jalur kritis)
Standart Deviasi
Proyek ( p ) =
Probabilitas
Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
Z = ( batas
waktu – waktu penyelesaian yg diperkirakan) / p
Probabilitas
Untuk Berbagai Waktu Penyelesaian
Batas Waktu =
Waktu penyelesaian yg diperkirakan + (Z x p)
2.7. Kasus
Manajemen Proyek
A. “Milwaukee
Paper Manufacturing, Inc.Pemasangan Peralatan Pengendalian Polusi Udara ”
|
Aktivitas
|
Nama
Kegiatan
|
Waktu
(Minggu)
|
Kegiatan yang
Mendahului
|
|
A.
|
Pembangunan
komponen internal
|
2
|
-
|
|
B.
|
Memodifikasi
atap dan lantai
|
3
|
-
|
|
C.
|
Membangun
tumpukan pengumpul
|
2
|
A
|
|
D.
|
Menuangkan
beton dan memasang rangka
|
4
|
A,B
|
|
E.
|
Membangun
pembakar temperatur tinggi
|
4
|
C
|
|
F.
|
Memasang
sistem kendali polusi
|
3
|
C
|
|
G.
|
Memasang alat
pencegah polusi udara
|
5
|
D,E
|
|
H.
|
Pemeriksaan
dan pengujian
|
2
|
F,G
|
|
Waktu total
(minggu)
|
25
|
||
Menghitung
waktu mulai paling awal dan selesai paling awal untuk Milwaukee Paper
Karena aktivitas
mulai tidak mempunyai pendahulu, kita mulai dengan menetapkan ES sebagai
0.artinya, aktivitas mulai dapat dimulai pada akhir minggu 0 yang sama dengan
awal minggu 1. jika aktivitas mulai mempunyai ES=0, maka EF juga 0 karena waktu
aktivitas 0.
Aktivitas A dan
B, keduanya hanya mempunyai mulai sebagai pendahulu langsungnya. Dengan
menggunakan aturan waktu mulai paling awal, ES untuk kedua aktivitas A dan B
sama dengan 0, yaitu EF dari aktivitas mulai. Sekarang, menggunakan aturan
waktu selesai paling awal, EF untuk A adalah 2(=0+2) dan B adalah 3(=0+3).
Karena aktivitas
A mendahului aktivitas C, ES dari C sama dengan EF dari A(=2). Jadi, EF dari C
adalah 4(=2+2).
Aktivitas D,
dimana A dan B adalah pendahulu langsungnya. Aktivitas A mempunyai EF=2 dan B
mempunyai EF=3. dengan menggunakan aturan waktu selesai paling awal,
ES dari D = Max
(EF dari A, EF dari B) = Max (2, 3) = 3.
EF dari D sama
dengan 7(= 3 + 4). Selanjutnya sama
Menghitung
waktu mulai paling lambat dan selesai paling lambat untuk Milwaukee Paper
Dimulai
dengan menetapkan nilai LF adalah 15 minggu pada aktivitas H. Artinya,
menentukan waktu selesai paling lambat untuk keseluruhan proyek sama dengan
waktu selesai paling awal. Dengan menggunakan aturan waktu mulai paling lambat,
LS dari aktivitas H sama dengan 13(=15-2).
Karena aktivitas H adalah satu-satunya aktivitas penerus bagi kedua aktivitas F
dan G maka LFnya sama dengan 13. Jadi, LS dari G adalah 8(=13-5) dan LS dari F
adalah 10(=13-3).
Dan seterusnya hingga pada aktivitas C yang merupakan pendahulu langsung dari
dua aktivitas E dan F. Dengan menggunakan aturan waktu selesai paling lambat,
LF dari C = Min
(LS dari E, LS dari F) = Min (4, 10) = 4
LS dari C adalah
2(=4-2). Pada akhirnya. LF dan LS dari aktivitas mulai sama dengan 0
Waktu Longgar
dan Jalur Kritis
|
Jalur
aktivitas
|
ES
|
EF
|
LS
|
LF
|
Pada
LS - ES
|
Jalur Kritis
|
|
A
|
0
|
2
|
0
|
2
|
0
|
Ya
|
|
B
|
0
|
3
|
1
|
4
|
1
|
Tidak
|
|
C
|
2
|
4
|
2
|
4
|
0
|
Ya
|
|
D
|
3
|
7
|
4
|
8
|
1
|
Tidak
|
|
E
|
4
|
8
|
4
|
8
|
0
|
Ya
|
|
F
|
4
|
7
|
10
|
13
|
6
|
Tidak
|
|
G
|
8
|
13
|
8
|
13
|
0
|
Ya
|
|
H
|
13
|
15
|
13
|
15
|
0
|
Ya
|
Perkiraan
Waktu (dalam minggu) untuk proyek Milwaukee Paper
|
Aktivitas
|
Optimistis
(a)
|
Realistis
(m)
|
Pesimistis
(b)
|
Waktu yang
Diperkirakan
t=(a+4m+b)/6
|
Variansi
[(b-a)/6]2
|
|
A
|
1
|
2
|
3
|
2
|
0.11
|
|
B
|
2
|
3
|
4
|
3
|
0.11
|
|
C
|
1
|
2
|
3
|
2
|
0.11
|
|
D
|
2
|
4
|
6
|
4
|
0.44
|
|
E
|
1
|
4
|
7
|
4
|
1.00
|
|
F
|
1
|
2
|
9
|
3
|
1.78
|
|
G
|
3
|
4
|
11
|
5
|
1.78
|
|
H
|
1
|
2
|
3
|
2
|
0.11
|
Probabilitas
Penyelesaian Proyek
Menghitung
Variansi dan Standart Deviasi proyek
Kita dapatkan
variansi untuk semua aktivitas pada jalur kritis.
Variansi
proyek ( 2p) = 0.11 + 0.11 + 1.00 +
1.78 + 0.11 = 3.11
Yang berakibat
pada:
Standar
deviasi proyek ( p) = = = 1.76
minggu
Probabilitas
penyelesaian proyek tepat waktu
Jika proyek akan
diselesaikan pada waktunya atau sebelum batas waktu 16 minggu.
Z = ( batas
waktu – waktu penyelesaian yg diperkirakan) / p
= ( 16 –
15) / 1.76 minggu
= 0.57
Z adalah jumlah
standar deviasi batas waktu atau waktu sasaran yang berada di antara rerata
atau waktu yang diperkirakan. Jadi, didapatkan probabilitas 0.7157. Artinya,
terdapat probabilitas 71.57% peralatan pengendali polusi dapat dipasang dalam
waktu 16 minggu atau kurang dari itu.
Probabilitas
untuk berbagai waktu penyelesaian
Jika
perusahaannya memiliki probabilitas 99% menyelesaikan proyek tepat pada
waktunya.
Batas Waktu =
Waktu penyelesaian yg diperkirakan + (Z x p)
= 15 + ( 2.33 x 1.76 )
= 19.1
minggu
99% bahwa proyek dapat selesai tepat waktu.
B. Crashing
Pada kasus
proyek diatas, proyek dapat di percepat dengan metode crashing. Di
antaranya penambahan jam kerja lembur= 4 jam (alternatif 1),penambahan regu
kerja(alternatif 2).
Pada setiap
metoda perhitungan crashing terjadi pembengkakan biaya daripada perhitungan
normal.
Biaya crash per
periode =
Diketahui
aktivitas A: membuat spesifikasi dan kriteria
Waktu normal = 3
minggu
Waktu crash = 1
minggu
Biaya normal =
30.000
Biaya crash =
34.000
Jawab =
= = Rp 2.000/hari
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
manajemen proyek
dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya organisasi yang
dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu dan sumber daya
tertentu pula.
Manajemen proyek
meliputi tiga fase:
1. Perencanaan.
Fase ini penentuan sasaran, pendefinisian proyek, dan pengorganisasian tim.
2. Penjadwalan.
Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk aktivitas khusus dan
menghubungkan setiap aktivitas satu dengan aktivitas lain.
3. Pengendalian.
Di sini, perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran.
Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola
kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya.
Manajemen proyek
memiliki tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penutupan
sebuah proyek yang biasanya berkaitan dengan bidang industri konstruksi,
arsitektur, telekomunikasi, dan informasi teknologi.
Penjadwalan
proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk seluruh aktivitas proyek.
Suatu pendekatan penjadwalan proyek adalah diagram Gantt, PERT, dan
CPM.
3.2. Saran
Kami berharap
dengan jadinya makalah ini, pembaca dapat menerima dengan baik dan tertarik
dalam setiap isinya. Jika, ada beberapa kesalahan dan kekurangan kami mohon
maaf serta kami menerima kritikan dan saran yang membangun untuk dapat
menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi bagi kita semua.
Belum ada tanggapan untuk "Makalah Evaluasi Proyek"
Post a Comment